Bunga Mekar itu adalah Hanoi FC

 Oleh: Gusti Aditya

Vietnam adalah negara yang "gila". Keringnya udara beserta panas dan debu yang mengintai bukanlah pemandangan yang aneh. Kemudian, apa yang membuat negara ini sangat "gila"? Adalah sepakbola-nya. Dengan iklim yang tergolong kering, negara ini malah terkenal dengan timnasnya yang bermain tipikal sprint cepat.

Di sebuah kafe di kawasan Old Town, saya yang duduk termenung tiba-tiba ada penjual jersey keliling yang berkata bahwa harga satuan jersey ini seharga 50000 Dong atau setara 30000 Rupiah. Jersey tersebut berwarna pink dengan logo baru dengan tulisan “HN” yang sebelumnya adalah “T&T”. Ah, Hanoi FC. Dan dalam catatan singkat kali ini, saya akan memperkenalkan sebuah tim ibu kota bernama Hanoi FC atau Hanoi T&T.

Didirikan pada tahun 2006 dan memiliki ambisi yang sama "gila"-nya. Bagi para Bobotoh, barangkali ingat ketika Persib dipukul 4-0 oleh tim yang tergolong sangat muda ketimbang tim kebanggaan Kota Kembang ini. Layaknya timnas Vietnam, kunci kemenangan mereka adalah kecepatan dan Persib pada saat itu tidak bisa mengimbangi permainan tersebut.

Hanoi FC bermarkas di Hàng Đẫy Stadium. Kota Hanoi dan stadiun bagai jarak UGM menuju Mandala Krida, jarak dari Old Town menuju Hàng Đẫy Stadium adalah 30 menit dengan berjalanan kaki. Jarak yang relatif dekat dengan pusat kota dan bisa dibayangkan betapa padatnya kota dengan jumlah sepeda motor mencapai sekitar 5 juta unit ini ketika match day.

Stadion yang dahulunya bernama Hanoi Stadion ini adalah milik dari pemerintah Hanoi. Tidak hanya sepakbola, stadion dengan kapasitas 22.000 ini juga menyelenggarakan berbagai festival kebudayaan. Sama seperti di Indonesia, tiap pagi pelataran stadion digunakan untuk jogging masyarakat Hanoi.

Jean-Eudes Maurice, seorang mantan striker PSG dan pemain timnas Haiti ini juga pernah menggunakan seragam pink-putih kebanggaan Hanoi FC. Serta Gonzalo Damian Marronkle, striker asal Argentina ini berhasil membawa Hanoi FC menjadi kampiun liga pada tahun 2010, 2013 dan 2016. Serta Vietnam Super Cup pada tahun 2010.

Jadi, tidak ada alasan untuk kita tidak mengenal tim yang sedang bermekaran ini. Mari kita mulai.
Banyak yang bertanya, apa yang dimaksud dengan T&T dalam bagian tim ini. T&T di sini bukanlah melambangkan ledakan atau dentuman yang menyeramkan laiknya kata "Dynamo" milik tim MLS Houston Dynamo. Namun, T&T di sini seperti "Red Bulls" dalam tim New York Red Bulls, ya, T&T adalah sponsor tim Hanoi FC yang bergerak pada perusahaan industri, olahraga dan finansial asal Vietnam.

Klub ini memulai debut pada 18 Juni 2006 di bawah naungan sponsor T&T. Di tiga musim awal, tim ini memulai dengan segenap armada lokal dan relatif muda yang dilatih oleh mantan punggawa timnas Vietnam, Trieu Quang Ha. Di sinilah titik sukses mereka, pembinaan pemain muda dan dilatih oleh orang yang faham permasalahan dan perkembangan tim.

Hanoi FC memulai perjalanan mereka di tahun 2007 melalui ajang V.League 2. Di edisi 2007, liga 2 diikuti 16 tim yang dibagi menjadi 3 grub sesuai kawasan bersama empat tim lainnya. Di babak semifinal, Hanoi FC berhasil memukul Dong Tam Long An dengan skor 3-1. Di babak final Hanoi FC kalah adu pinalti 4-2 melawan Quân khu 7 setelah di waktu normal bermain imbang 1-1. Hanoi FC lolos ke V.League 1 bersama Quân Khu 7

Memasuki tahun 2008, tim sadar bahwa pengelolaan uang yang sehat akan berujung kepada kemajuan tim. Hanoi FC mulai melakukan investasi yang cukup fantastis, sekitar 10 miliar VND guna memperkuat armada dengan merekrut kiper tim nasional Duong Hong Son, mantan pemain timnas Pham Nhu Thuan dan Van Si Son. Hanoi FC juga merekrut calon bintang Vietnam yang memperoleh pemain muda terbaik 2 tahun berturut-turut dan punggawa timnas U-23, timnas U-23 Nguyen Thanh Long Giang.

Pada tahun yang sama, Hanoi FC merekrut pemain asing asal Brazil, Cristiano Rocha dan Cassiano Mendes. Permainan mereka terbilang cukup nyetel, terbukti dari 4 laga awal, Hanoi FC sudah masuk 3 besar dan merusak hegemoni tim-tim besar dan juara musim lalu, Becamex Bình Dương.

Baca Juga: CERITA BOLA DARI DESA!!!

Di tahun yang sama, tepatnya pada 9 Maret, kepolisian menggerebek pemuda di Ho Chi Minh City atas dugaan penyalahgunaan narkotika dan 5 pemuda tersebut adalah pemain Hanoi FC. Tak tanggung-tanggung, 1 orang dipecat karena diduga mengajak dan membeli sedangkan sisanya diberikan hukuman pemotongan gaji. Di akhir kompetisi, Hanoi FC meraih posisi ke-8.

Pada musim 2009 Hanoi FC malakukan perombakan besar setelah memperoleh hasil yang mengecawakan di paruh musim dengan berada di zona degradasi. Hanoi FC mengangkat pelatih Nguyen Huu Thang dan ketua baru Nguyen Cong serta merekrut pemain asing anyar, Agostinho. Hasilnya pun di luar ekspetasi, Hanoi FC di akhir musim menduduki peringkat keempat.

Tahun 2010 Hanoi T&T meledak dengan menjuarai Liga Vietnam setelah memperoleh 46 poin dan unggul 1 poin atas Hải Phòng. Ini menjadikan pesta rakyat di Hanoi, pasalnya kota ini sudah 26 tahun tidak mendapatkan title juara, terakhir kali adalah Công an Hà Nội pada tahun 1984. Itu juga menandakan bahwa tim ini akan berlaga di pentas Asia.

Hanoi FC menjalani AFC Cup edisi 2011 di grub G bersama Muangthong United (Thailand), Tampines Rovers (Singapore) dan Victory SC (Maladewa). Hanoi FC hanya menempati peringkat 3 dengan perolehan 8 poin hasil dari 2 kemenangan, 2 hasil imbang dan 2 kekalahan. Di laga home pun mereka hanya mampu memperoleh 4 poin. Di babak ini, Muangthong dan Tampines Rovers berhak melaju ke babak selanjutnya.

Berikutnya, pada tahun 2013, Hanoi FC harus melewati babak kualifikasi terlebih dahulu. Kualifikasi pertama, mereka menang 3-0 melawan Pune (India) dan harus mengakui kekalahannya dari Muangthong United 0-2 di kualifikasi 2. Di tahun 2014, Hanoi FC mencapai babak perempat final. Masuk dalam grub F bersama Arema (Indonesia), Maziya (Maladewa) dan Selangor (Malaysia). Di babak 16 besar mereka menghajar Nay Pyi Tay (Myanmar) dengan skor 4-0 dan di babak perempat final harus mengakui kekuatan Erbil (Iraq).

Pada seri AFC 2015, mereka menekuk Persib (Indonesia) 4-0 dan di babak kualifikasi 2 mereka kalah 7-0 atas FC Seoul (Korea Selatan) 7-0. Pada seri 2016 dan 2017, mereka sedikit tidak beruntung karena harus kalah identik di babak kualifikasi lantaran bertemu tim-tim kuat Asia seperti Kitchee SC (Hongkong dan Pohang Steelers (Korea Selatan).

Patut menjadi contoh tim-tim Indonesia pada umumnya, ketika kita membicarakan sebuah tim yang tergolong ‘muda’ di daratan Vietnam ini. Ketika di awal, mereka sudah serius dalam membangun dengan upaya melibatkan pemain lokal yang tergolong sangat muda serta ditangani oleh pelatih mantan timnas Vietnam yang mengerti apa kelebihan serta kekurangan amunisi Hanoi FC di awal musim hingga mampu promosi ke V.League 1.

Pengelolaan uang yang sehat beserta keseriusan tim yang mendapat kepercayaan sponsor untuk berinvestasi merupakan sebuah keharusan yang dilakukan tim profesional jaman now. Jika pengelolaannya saja ‘hidup segan mati tak mau’, siapa yang mau menanamkan modal dengan sepenuh hati? Yang ada hanyalah orang-orang dengan kepentingan diri sendiri yang ikut campur urusan tim dan malah menghambat kemajuan sebuah tim. Mau belajar dari Hanoi FC, wahai seluruh tim di Indonesia?



Dekat dengan stadion Hàng Đẫy Stadium, sekitar memakan waktu lima menit jalan, terdapat sebuah caffe yang menyajikan kopi Vietnam. Setelah masuk dan memesan, saya duduk di pelataran caffe tersebut. Dengan memejamkan mata dan mengambil napas sedalam-dalamnya kemudian saya keluarkan perlahan. Saya sadar satu hal, Hanoi, sebuah kota cantik dengan tim sepakbola yang digarap begitu serius, laiknya petani bunga tulip yang menyirami setiap hari dengan nyanian cinta dan kelak, di suatu hari, petani tersebut tinggal menikmati hasilnya.

0 Comments

Post a Comment