Menukilkan Gairah Sepakbola di Kota Saigon

Oleh: Gusti Aditya

Apa yang anda pikirkan ketika mendengar Hanoi dan Saigon? Barangkali terbesit diingatan ketika sekolah kita mendapatkan materi tentang Perang Indocina 2 antara Vietnam Utara yang digawangi oleh Komunis dengan Vietnam Selatan yang di duduki oleh SEATO. Vietnam Utara menjadikan Hanoi sebagai pusat, sedangkan Saigon dijadikan markas oleh Amrika dkk.

Mari kita singkirkan Perang Vietnam tersebut dan kita bahas lain kali di kolom sejarah dan politik. Kini, ada yang lebih seru di antara hubungan Hanoi dan Saigon (kini bernama Ho Chi Minh City dan untuk selanjutnya saya menggunakan nama HCMC) selain masalah berembel-embel perang. Yaitu sepakbola. Ada sesuatu di antara Hanoi FC dengan Saigon FC. Apa itu? Mari kita mulai.

HCMC bisa disebut lebih ramah dari Hanoi. Transportasi yang masih dibilang wajar dan tidak semrawut. Banyak trotoar yang bersih dan luas. Hanya sesekali saja pengguna motor yang melintas di atas trotoar untuk menghindari lampu lalu-lintas. Perang selama satu dekade pun dirasa berdampak sangat besar, namun dampak tersebut berimbas kepada sesuatu yang positif. Di pusat kota, banyak bendera negara dan partai komunis yang bertebaran, belum lagi baliho-baliho besar yang menampakkan pahlawan mereka, Ho Chi Minh.

Dengan jumlah penduduk sebanyak 8 juta jiwa, kota ini adalah dalam tahap berbenah. Pembangunan sedang giat-giatnya, serta penggunaan aliran sungai dan kanal yang tergolong padat kadang harus mempertimbangkan faktor cuaca. Di Vietnam, khususnya daerah Selatan, sering mendapat efek buruk dari perubahan cuaca yang cukup ekstrim. Tepat ketika pesawat yang saya tumpangi mendarat di tanah Saigon, hujan deras mengguyur cukup lebat. Nampaknya HCMC ingin memberi salam yang cukup dingin kepada saya.

HCMC adalah kota terbesar di Vietnam dan saya hanya singgah di kota ini selama 3 hari sebelum meneruskan perjalanan ke Barat menuju Angkor. Saya menginap di sekitaran pasar Ben Thanh yang ramainya bukan main. Tentu, pusat perhatian mengenai "bahan tulisan" saya adalah seputar pasar tersebut, paling mentok menuju Istana Reunifikasi. Tidak ada geliat sepakbola yang menjadi pusat perhatian menengok jarak penginapan menuju Stadion Thống Nhất amatlah jauh. Ditambah persediaan uang yang kian cekak.

Di pasar ini menjual banyak pernak-pernik menarik khas Vietnam. Nasib tidak punya uang, ya hanya lihat-lihat saja tidak dosa. Mungkin teman saya yang bernama Axel Kevin jika mengunjungi pasar ini, ketika pulang ke Jogja akan bangkrut total karena jersey KW Vietnam di sini tergolong murah. Ya, walau hanya tim-tim yang berlaga di V.League 1. Ada yang menarik, yaitu logo Saigon FC dengan warna pink sebagai warna latar. Pink? Seperti Hanoi FC, ya?

Benar, di awal kita sempat menyinggung mengenai perang, dan ini ada hal yang lebih menarik ketimbang perang; yaitu tim muda Hanoi FC yang lolos ke Liga 1 dan mengalihkan markas dan menjadi kekuatan yang cukup mengerikan di tanah Saigon--Saigon FC.

Terbesit rasa penasaran saya, mengapa harus pindah markas? Bukankah lokasi adalah faktor yang begitu sakral dalam sebuah tim? Jawabannya adalah sejauh mana tim tersebut ingin berlaga di kasta tertinggi.

Pada mulanya tim yang berdiri pada tahun 2008 ini di bawah naungan sponsor Viettel dan memiliki nama klub yang identik. Pada tahun yang sama, klub berpindah markas ke Thanh Hoa dan namanya berubah menjadi Thanh Hoa FC dan memenangkan gelar Liga 3. Seiring prestasi yang membaik dan diisi oleh amunisi muda, T&T Sports Corporation membeli klub tersebut dan mengganti namanya menjadi Hanoi FC.

Dengan manager yang sama dengan Hanoi T&T, problem pun dimulai ketika tahun 2012 Hanoi FC mendapatkan tempat untuk promosi. Akhirnya, pada awal tahun 2013, pemilik klub pun dipindahkan tangan kepada Nguyễn Giang Đông. Faktor yang muncul selanjutnya adalah, identitas.

Pada tanggal 31 Maret 2016, Hanoi Football Development Joint Stock Company berganti nama menjadi Saigon Football Development Joint Stock Company, yang masih dimiliki oleh pemilik Nguyễn Giang Đông. Pada saat bersamaan, perusahaan tersebut mengirimkan surat resmi ke VFF (PSSI-nya Vietnam). Pada tanggal 4 April 2016, VFF setuju untuk mengganti nama klub menjadi klub sepak bola di Saigon.

Itulah senukil kisah yang tergambar diingatan seorang pemuda yang kebetulan mengunjungi pasar tersebut. Selain sejarah klub Saigon FC, ia mengatakan bahwa sejarah tim-tim di kota ini juga laik menjadi perhatian.

Ternyata oh ternyata, Mas Nguyen (saya tidak tahu namanya) benar dan tidak berbohong bahwa HCMC memiliki banyak tim menengok betapa luasnya kota ini. Đội bóng đá Ngôi sao Gia Định adalah tim sepakbola professional pertama di kota ini, namun bubar pada tahun 1954 karena kalah saing dengan tim-tim baru yang tumbuh menjamur di HCMC. Dan mari kita bahas secara selayang pandang;

Xuân Thành Sài Gòn

Sebenarnya tim ini bukan berbasis di HCMC. Didirikan tahun 1998 di Provinsi Ha Tinh yang letaknya di tengah negara Vietnam. Di tahun 2010, tim ini diakuisisi oleh Xuan Thanh Group dan beranjak menjadi sebuah tim yang dikelola secara profesional. Akademi muda pun dibangun dan juga perekrutan Nguyen Van Sy selaku mantan punggawa timnas sebagai pelatih. Namun semua tidak sesuai ekspetasi di akhir musim.

Namun, semua usaha mereka tidak berhenti begitu saja. Oktober tahun 2010, atau tepatnya di akhir musim, mereka memutuskan memindah markas ke HCMC untuk mengarungi musim 2011. Mereka merubah nama menjadi Saigon Spring Football Club, yang berkompetisi di kasta kedua. Pada tahap ini, klub berkembang dan memenangkan kejuaraan divisi satu, sehingga memiliki hak untuk turut serta mengikuti V.League 1 tahun 2012.

Di akhir tahun 2011 terjadi pergantian nama lagi dikarenakan terjadi pergantian kepemilikan klub. Perusahaan saham Xuan Thanh Sai Gon mengumumkan bahwa mereka telah mengambil alih saham dengan berbagai kesepakatan, di antaranya mengganti nama klub menjadi Xuân Thành Sài Gòn. Tim ini menjelma menjadi kekuatan baru di HCMC, terbukti di musim pertama mereka mengarungi kasta tertinggi, peringkat 3 mereka amankan.

Nahas, di tahun 2013, VFF menonaktifkan klub ini selama musim 2013 lantaran masalah keuangan. Nguyen Duc Thuy telah memutuskan menarik bantuan dana atau berkurang sekitar 45% dari tahun lalu. Klub ini pun dicanangkan untuk berganti nama menjadi Xuan Thanh Cement Saigon. Pihak klub juga sudah meminta bantuan kepada departemen olahraga dan pariwisata kota HCMC namun tidak direspon.

Navibank Saigon

Barangkali tim ini adalah pelopor tim sepakbola militer di distrik 4 Vietnam (ada 9 distrik dan setiap distrik bertanggung jawab atas keamanan di kawasannya). Tim yang pernah bertemu Arema di ajang AFC ini didirikan pada tahun 1998, adalah salah satu tim profesional Tentara Rakyat Vietnam. Tim ini sebenarnya bermarkas di Vinh City, Nghe An.

Pada tanggal 27 Oktober 2009, Komando Distrik Militer 4 memutuskan untuk memindahkan tim tersebut ke HCMC lantaran sebagian saham dibeli oleh Nam Viet Commercial Joint Stock Bank (Navibank). Sebagian tentara yang bergabung di tim ini terpaksa untuk tidak membela di tahun 2010 karena mereka bertugas di distrik 4. Pada tahun 2012, klub mengalami masalah finansial dan dibubarkan.

Thành Phố Hồ Chí Minh

Geliat klub ini sudah terasa sejak musim 1975 di mana perubahan nama terjadi dari Tổng Nha Thương Cảng menjadi Cảng Sài Gòn. Tim ini berpusat pada otoritas pelabuhan, ya tidak dipungkiri bahwa HCMC memiliki port yang begitu besar dan sangat berpengaruh bagi roda perekonomian. Para pemain pun berasal dari buruh pelabuhan dan pada 1 November 1975, tim sepak bola Cảng Sài Gòn resmi didirikan oleh Nguyen Thanh Su, mantan pemain yang bekerja di pelabuhan tersebut.

Di selatan, terdapat beberapa tim kuat yang menjadi saingan tangguh Cảng Sài Gòn. Contohnya adalah Hải Quan yang dikelola oleh Departemen Bea Cukai HCMC. Pada awal 90an, format kompetisi ini berubah dalam hal dana dan subsidi. Banyak tim di Utara yang mengalami kebangkrutan dan memutuskan untuk bubar, namun berbeda dengan tim dengan slogan "Đi trước, về trước" atau "maju kedepan" ini

November 2001 angin segar berhembus di pelabuhan HCMC dan klub ini. Adalah berubah haluannya klub ini yang pengelolaannya menjadi profesional. Tiga tahun berselang, secara resmi mendirikan Southern Steel Football Joint Stock Company - Saigon Port, yang merupakan tuan rumah klub tersebut. Sejak saat itu, klub tersebut membawa nama baru, Southern Steel Club - Saigon Port.

Tahun 2001 gelaran kompetisi dengan format yang baru bertajuk V.League resmi dimulai dan tim ini keluar sebagai pemenang. Namun, terdapat berita kurang mengenakan karena kejuaraan ini tidaklah "juara yang sesungguhnya". Dengan berbagai drama, tim ini kemudian terdegradasi di musim berikutnya dengan gelar juara bertahan yang masih melekat.

Tim ini sempat beberapa kali berganti nama, contohnya di tahun 2008 mereka menggunakan embel-embel nama Vietnam Steel lantaran sponsor. Banyak yang protes karena mereka beranggapan bahwa Saigon Port memiliki sisi magis dalam mengawal sejarah dan prestasi bagi klub maupun bagi kota. Apa daya, sponsor berganti dan panji kebanggaan pun luruh mengikuti kemauan yang tertulis di dalam kontrak.

ꝋꝋꝋ
 
Yang membuat saya tertarik setelah mendengar cerita dari beberapa tim dengan sejarah yang panjang adalah uang mampu merubah segala arah dan kemauan. Bercerminlah di dunia sepakbola kita, ketika tim siluman bermunculan dan menenggelamkan tim dengan penuh sejarah dan gegap gempita di jaman baheula.

Siapa yang peduli dengan tim penuh sejarah? Jika mereka tidak menjual, berdiaplah angkat kaki dari liga teratas yang "penuh dengan gengsi".

Di tempat ini saya mengerti akan satu hal; semua tidak ada yang abadi, kemudian apakah uang adalah wujud tertinggi dari sebuah keabadian? Entahlah, seakan Pasar Ben Thanh berbisik dan mengatakan, "Enyah, kembali ke penginapan dan kemasi barangmu. Phnom Penh akan menyambutmu dan membuatmu semakin 'kaget'."

0 Comments

Post a Comment