Tak Berotasi: Sebuah Karya Ketika Manusia Mencoba Melampaui Batas

Di tahun 2018 ini ada 3 film yang sudah saya sangat tunggu. Pertama, Isles of Dogs, kedua adalah The Alchemist dan yang terkhir, dengan penuh rasa hormat, ialah Tak Berotasi.

Dan kesempatan yang khidmat kali ini, ijinkan saya membahas karya ini.



Penderitaan manusia ada 3; dilahirkan dengan selamat, mati tua dan yang terakhir ialah kesepian. Lahir sebuah pertanyaan untuk anda, sebelum membaca lebih jauh, lebih gitir mana kala Beethoven kehilangan pendengaran, Van Gogh kehilangan akalnya atau 'Si Tertutup' yang merasa ada namun merasakan sepi?

Betapa getirnya film ini ketika Toni Hariyo berani mengangkat sebuah topik yang sudah lama menjadi pergunjingan di kalangan mahasiswa, kala sepi ia aplikasikan ke dalam sebuah tempat bernama 'tertutup' ('tertutup' dengan tanda petik ini bisa anda ketahui setelah menontonnya).

Toni akan membawa kita (saya dan anda) kedalam sebuah katastrop kehidupan dalam cangkupan yang lebih luas. Film ini memiliki banyak pesan bias yang bahkan anda sendiri bisa untuk mengartikannya. Toni membuat kita merenung, memberikan jawaban akan pesan yang kita dapat. Baik atau buruknya hal yang akan kita dapat, itu menentukan kualitas kita sebagai manusia. Anda manusia yang mana, baik atau buruk?

Line up yang memerankan setiap tokoh dalam karya ini pun adalah manusia berlabel luar biasa karena mau berteman dengan bajingan seperti saya. Semua saya kenal, namun jangan cari nama saya dalam daftar kredit karena Toni --entah lupa-- tidak menyertakan nama saya (bangsat emang Toni). Pemeran belum sekalipun memenangkan piala Oscar, namun jangan khawatir, bukankah itu hanyalah sebuah piala kosong?

Pilatus berujar kepada Yesus, "lihatlah dia! Lihatlah orang ini!". Kini, saya berujar kepada anda, "Lihatlah ini! Lihatlah karya ini!". Oh iya, saya sarankan ketika anda melihat karya ini, silakan dengar lagu yang berjudul Plastic Brain karena akan membuat anda sekalian semakin tersayat

Bunga yang jatuh ke jurang, sekalipun berdegum di kedalaman, bukankah ia tetap menjadi bunga? Begitu pula dengan karya ini, sebuah langkah awal seorang Toni Hariyo dalam melangkah semakin jauh -- dan saya yakin, semakin tinggi.. Tunggu apa lagi? Semua tersedia dengan gratis. Selamat menikmati.


0 Comments

Post a Comment