Teori Lagu Queen: Bohemian Rhapsody


Image result for bohemian rhapsody wallpaper
Barangkali ketika anda penasaran akan makna lagu Queen yang berjudul Bohemian Rhapsody, mesin pencarian akan memanjakan anda dengan ribuan artikel yang membahas hal tersebut. Ada yang melibatkan dengan sisi nyentrik sang vokalis sekaligus pencipta masterpiece ini, ada pula yang menyangkutpautkan lagu tersebut dengan ritus pemujaan kepada Satan.

Namun, jika anda berharap akan hal yang luar biasa dalam tulisan ini, rasanya saya ragu dapat memuaskan anda lantaran teori ini saya susun sendiri tanpa melihat ‘fakta yang sudah ada’. Dari pada kekecewaan anda berlanjut, silakan hentikan membaca, namun jika anda penasaran, silakan lanjutkan dan saya tidak menanggung segala kekecewaan pembaca.

Dari pada berlarut-larut, mari kita mulai.

Dalam memulai tulisan kali ini, penulis tidak akan menjelaskan bahwa Bohemian Rhapsody berasal dari album Queen yang bertajuk A Night at the Opera, tetapi menurut penulis, yang lebih penting ada tiga hal; latar belakang dan arti tiap lirik (ya, ya, ini menurut penulis pribadi).

Bagian Intro

Is this the real life? Is this just fantasy? Caught in a landslide No escape from reality. Banyak yang berasumsi bahwa Freddie berupaya membuat suasana awal lagu ini begitu gloomy dan penuh kehampaan. Alih-alih setuju, penulis berasumsi lain, bahwa sosok yang sedang berkontemplasi ini adalah Freddie sendiri, bukan orang lain. Seakan arti lirik ini berkata “Kenapa saya harus mengalami ini? Dan saya terjebak dalam realitas yang aneh ini.” singkatnya seperti itu.

Open your eyes Look up to the skies and see I'm just a poor boy I need no sympathy. Farrokh Bulsara atau kini akrab disebut Freddie Mercury ini adalah imigran Parsi-India dari Zanzibar. Revolusi Zanzibar di tahun 1964—ribuan orang Arab dan India tewas dibunuh—mendorong keluarga ini pindah ke Middlesex, Inggris (Tempo.co). “hubungan” buruk dengan sang ayah dan sisi Freddie yang enggan dipandang sebagai seorang imigran, seakan Freddie hendak berkata “Ayolah, aku memang anak yang menyedihkan, tapi jangan remehkan aku.”

Because I'm easy come, easy go Little high, little low Any way the wind blows Doesn't really matter to me, to me. Ya, imigran, giginya tonggos dan sikap ‘melambai’ sehingga dia berbeda dari lelaki pada umumnya, apa yang lebih parah dari seorang sosok Freddie Mercury? Jika dibalik pertanyaannya, apakah bisa kita menempuh ketenaran yang luar biasa jika memiliki tiga ‘kekurangan’ tersebut?

Jika di era sekarang, berbuat bodoh di sosial media lalu menjadi viral, barangkali sosok tonggos, bodoh dan homo bisa masuk Trans TV. Tetapi Freddie berbeda. Ia cerdas, kekurangan ia jadikan kelebihan dan biseksual yang ia miliki, ketika ia di panggung, penonton akan menggugurkan pandangan itu dan fokus melihat bakat yang Freddie tunjukan, yakni suara.

Bagian Ballad

Mama, just killed a man Put a gun against his head, pulled my trigger, now he's dead. Ribuan situs mengatakan bahwa sosok man yang dimaksud adalah orang lain dan sang penembang inilah pembunuh si-manini. Kata ‘mama’? mereka mengatakan bahwa sosok itu adalah Tuhan ‘suatu agama’ yang entah agama apa, penulis sendiri tidak paham.

Penulis memiliki alternatif lain yang lebih dangkal. Penulis menghubungkan dengan suatu diskursus filsafat yang bernama dualisme. Dualisme adalah suatu paham filsafat yang memandang bahwa ada dua substansi yang membentuk dunia. Kedua substansi ini membentuk dirinya sendiri; sama kuat dan sama asasi. Apa hubungannya dengan lirik lagu di atas? Singkatnya adalah gejolak Freddie tentang pandangan hubungan antara jiwa dan raga.

Singkatnya, arti dari lirik ini (mungkin saja) Freddie mencoba membunuh jiwanya yang ia gambarkan sebagai ‘man’. Jiwanya tersebut mungkin saja berupa seksualitas, pribadi yang selama ini dipegang teguh oleh keluarga yang kemudian tidak cocok dengan diri Freddie. Ya, mungkin, tidak ada kepastian di sini.

Mama, life had just begun But now I've gone and thrown it all away. Freddie menata lagi hidupnya. Memperbaiki segala yang rusak dan meninggalkan apa yang tidak cocok dari hidupnya. Mengutip dari Tirto, homoseksualitas Freddie tidak datang sekonyong-konyong sebagaimana yang dipercayai orang-orang post-truth. Terdapat proses yang panjang dan berbagai pertimbangan. Dan Bohemian Rhapsody ini menurut penulis adalah sebuah gerbang untuk memasuki hidup Freddie yang baru.

Didn't mean to make you cry If I'm not back again this time tomorrow, carry on, carry on, as if nothing really matters. Freddie Mercury tercipta dari sebuah kesengsaraan sebuah kehidupan. Ketika puncak karir dapat ia tempuh, ada ruang hampa yang menganga dalam hidupnya. Kadang rasa bahwa hidup selalu memiliki kekurangan, baik ketika kita sedang di atas, maupun di bawah. Barangkali sosok Freddie juga merasakan hal tersebut.

Bersambung. Dilanjut jika tidak males hehe.

Sumber gambar: https://controlforever.com/wp-content/uploads/2018/05/Freddie_Mercury-01.jpg

0 Comments

Post a Comment